NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) menurut UUD no. 25 tahun 1945 adalah sebuah negara
kepulauan yang bercirikan Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. Sedangkan Nusantara merupakan
istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari
Sumatra sampai papua. Oleh karena itu Indonesia disebut sebagai nusantara
karena terdiri atas banyak pulau dan kepulauan, menurut deputi Kedaulatan
Maritim Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman bahwa hingga Juli 2017
terdapat 17.504 pulau yang termasuk dalam wilayah kedaulatan NKRI. Pulau-pulau
besar yang dimiliki Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Halmahera, Ternate, Tidore dan Papua
Wilayah Indonesia yang
sangat luas terdiri atas sangat banyak pulau dan kepulauan yang memungkinkan masyarakatnya
untuk bermukim di kawasan dataran, pegunungan, dan pesisir. Perbedaan kawasan
pemukiman ini yang kemudian berpengaruh terhadap pola hidup, budaya, dan adat
istiadat dari masyarakatnya yang kemudian melahirkan suatu suku. Di dalam suatu
pulau tidak memungkinkan adanya dua atau lebih suku didalamnya mengingat di
pulau terbagi atas kawasan dataran, pegunungan dan pesisir. Hal ini lah yang
mengakibatkan Indonesia kaya akan suku bangsa serta adat budaya.
Di sisi lain NKRI dengan
wilayah yang luas akan banyaknya pulau-pulau dan secara geografis maupun
sosiokultural sangat heterogen yang berpengaruh terhadap bagaimana
masyarakatnya untuk bertahan hidup. Masyarakat yang berada pada kawasan pusat
kota kebanyakan akan bekerja sebagai pekerja kantoran, untuk masyarakat yang
berada pada kawasan pesisir kebanyakan akan bertahan hidup dengan memanfaatkan
hasil laut misalnya sebagai nelayan, sedangkan untuk masyarakat yang hidup di
daerah pegunungan kebanyakan akan bertahan hidup dengan berladang atau
berkebun.
Keadaan Indonesia yang
terdiri atas banyak pulau dapat menyebabkan beberapa daerahnya mengalami
kesenjangan misalnya adanya ketidakadilan dalam berbagai hal seperti pada
sektor pemerataan pembangunan, distribusi sumber daya makanan, sumber daya
manusia bahkan sektor pemerataan pendidikan dan berbagai sektor lainnya.
Terkhusus pada sektor
pendidikan, pada beberapa wilayah penyelenggaraannya masih terdapat berbagai
permasalahan, terutama pada daerah yang tergolong terdepan, terluar, dan
tertinggal (daerah 3T). yaitu wilayah yang sangat jauh dari pusat kota dimana
akses menuju daerah tersebut pun menjadi sangat sulit dan menantang. Bukan
hanya daerah-daerah terluar Indonesia saja yang tergolong dalam kategori 3T,
namun daerah pelosok pun juga termasuk didalamnya itu karena penyaluran bantuan
pemerintah yang sangat sulit akibat akses transportasi yang juga susah. Pulau-pulau
besar Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan
Papua masih memiliki banyak titik-titik daerah yang masih sulit terjangkau.
Sehingga masyarakat di daerah tersebut hidup serba terbatas dan sangat
sederhana.
Permasalahan lain yang
sangat penting adalah dilihat dari sektor penyelenggaraan pendidikan, utamanya
di daerah 3T antara lain adalah permasalahan tenaga pendidik, seperti
kekurangan jumlah (Shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced
distribution), kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang
kompeten (low competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi
pendidikan dengan bidang yang diampu (mismatched).
Terkhusus
pada permasalahan pendidikan tersebut pemerintah pusat memberikan suatu solusi
dengan pengadaan program yang disebut dengan SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah
Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Secara ringkas program SM-3T ini mengirimkan
tenaga pendidik atau guru lulusan S1 ke beberapa daerah pelosok yang termasuk
dalam golongan 3T untuk mengatasi masalah tenaga pendidik seperti yang
dijelaskan sebelumnya selama satu tahun. Lokasi pengiriman dan penempatan
peserta SM-3T melingkupi pulau-pulau besar yang ada di Indonesia, dari Sumatra
hingga Papua.
Pulau
Kalimantan yang juga termasuk dalam golongan pulau besar Indonesia juga
termasuk dalam sasaran penempatan peserta SM-3T misalnya Kabupaten Mahakam Ulu.
Kabupaten Mahakam Ulu merupakan Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten
Kutai Barat yang berada di wilayah utara provinsi Kalimantan Timur yang baru
terbentuk selama hampir 5 tahun dan berbatasan langsung dengan negara Malaysia.
Untuk mencapai daerah ini butuh perjalanan yang cukup panjang dan lama. Para peserta SM-3T yang berasal dari Lembaga Pendidikan tenaga Pendidikan (LPTK) Universitas Negeri Makassar menempuh perjalanan selama kuran lebih 1 jam 10 menit dari bandara Sultan Hasanuddin Makassar ke Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan. Kemudian perjalanan selanjutnya dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu 12 perjalanan darat Balikpapan - Tering atau 45 menit menggunakan pesawat baling-baling Balikpapan – Melak yang dilanjutkan lagi dengan perjalanan selama 1 jam dari bandara Melak ke dermaga Tering. Membutuhkan sekitar 6 jam lagi untuk sampai ke Ibukota Kabupaten Mahakam Ulu menggunakan transportasi sungai yaitu speedboat
Gambar 1.
Peta Kabupaten Mahakam Ulu
Kekayaan
alam melimpah yang dimiliki oleh kabupaten Mahakam Ulu seakan bukan menjadi
suatu jaminan akan kesejahteraan penduduknya khususnya dalam sektor pendidikan.
Kualitas pendidikan di daerah tersebut tergolong masih kurang jika di
bandingkan dengan kualitas pendidikan yang ada di perkotaan. Beberapa faktor
bisa jadi penyebabnya salah satunya adalah ketersediaan tenaga pendidik
berkompeten masih sangat kurang selain itu sarana seperti ketersediaan listrik
yang masih sangat terbatas pada waktu-waktu tertentu yaitu hanya terpenuhi pada
sore hari pukul 17.30 hingga pukul 24.00 diluar jam-jam tersebut masyarakatnya
hanya mengandalkan tenaga genset sebagai pemasok listriknya. Belum lagi
jaringan telepon yang masih pada level 3G Edge yang menghambat
masyarakatnya kesulitan dalam mengakses informasi via internet. Sumber buku dan
bahan bacaan lain yang sangat kurang juga menjadi salah satu penyebab rendahnya
kualitas pendidikan di daerah ini.
Terlepas
dari semua kekurangan yang ada di daerah tersebut tidak menjadi suatu
penghalang bagi penduduk kabupaten Mahakam Ulu khususnya kecamatan Long Hubung
untuk tetap menjalin hubungan harmonis antar masyarakatnya yang notabene
terdiri atas masyarakat lokal yang suku dayak dan beberapa penduduk lain
yang merupakan masyarakat pendatang bukan suku asli dayak. Banyak pendatang
yang berasal dari suku jawa, suku banjar, suku bugis, toraja dan batak.
Masyarakat ini hidup berdampingan saling bantu-membantu walaupun mereka berlatar
belakang suku yang berbeda. Ini membuktikan adanya Bhineka Tunggal Ika
berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Selama
penugasan SM-3T banyak aspek kebhinekaan yang di tunjukkan oleh masyarakatnya
baik itu dalam lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Banyak
hal-hal yang menjadi kebiasaan masyarakat daerah tersebut yang secara tidak
langsung merupakan suatu kegiatan merajut dan merawat ke-Indonesiaan. Beberapa
hal diantaranya diuraikan sebagai berikut.
Pertama,
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di pagi hari sebelum
pembelajaran dimulai dan sesekali menyanyikan lagu nasional di akhir
pembelajaran. Dengan adanya kebiasaan ini diharapkan membangkitkan jiwa
nasionalisme siswa dan mengingatkan mereka akan jasa-jasa para pahlawan yang
telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Sehingga mereka nantinya tidak
menjadi generasi yang tidak menghargai perjuangan pahlawan.
Kedua,
setiap perayaan hari besar Nasional seperti hari Peringatan hari Kartini, hari
Pahlawan, Hari Pendidikan Nasional dan Proklamasi Kemerdekaan RI dijadikan sebagai ajang
pemersatu bagi siswa yang merupakan berasal dari latar belakang suku yang
berbeda-beda, dan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
Indonesia melalui lomba-lomba cerdas cermat, baca puisi bertema kepahlawanan
atau semacamnya di lingkungan sekolah. Sedangkan di lingkungan masyarakatnya
perayaan hari besar khususnya Kemerdekaan RI juga dimeriahkan dengan mengadakan
perlombaan yang melibatkan masyarakat umum seperti perlombaan sepak bola, bola
volly, dan lomba senam kreasi menjadi mata lombanya karena merupakan olahraga
favorit masyarakat setempat. Tampak selama kegiatan ini berlangsung, sebagian
besar masyarakatnya antusias untuk berkumpul di satu tempat untuk mengikuti dan
menonton setiap pertandingan yang telah di persiapkan. Bahkan saat di daerah
tersebut di adakan suatu acara terlihat akan sangat banyak masyarakat dari
biasanya yang berkumpul di satu titik. Sebagian besar mereka tidak pergi
berladang sebagai salah satu mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat
setempat hanya untuk memeriahkan kegiatan yang ada.
Ketiga,
kebiasaan yang masyarakat setempat sebut sebagai “ngetam” atau memanen
padi. Ngetam Padi
merupakan kegiatan memanen padi di ladang yang merupakan bekas hutan.
Pohon-pohon yang sebelumnya tumbuh dihutan kemudian dibakar untuk dijadikan
sebagai lahan menanam padi (ladang). Ngetam
Padi di kalangan suku dayak ini dilakukan secara gotong royong, setiap
petani saling membantu untuk setiap ladang yang dimiliki oleh petani lainnya
dan sebaliknya. Kegiatan ngetam padi
ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut dengan anyi-anyi sejenis pisau kecil yang
digunakan untuk memotong padi yang telah matang namun selain itu ada juga yang
menggunakan tangan secara langsung untuk memotong padi yang telah matang jika
ketersediaan anyi-anyi lebih sedikit
dari pada jumlah perani yang memanen. kegiatan ngetam padi ini menjadi
salah satu sarana untuk menjalin hubungan sosial dengan masyarakat dayak.
Gambar 2. Kegiatan ngetam padi
Keempat, setelah sebagian
besar masyarakat telah melaksanakan “ngetam”
maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah dengan pengadaan pesta panen, yang
dimana masyarakat setempat menganggapnya sebagai salah satu cara untuk
mensyukuri hasil panen yang diperoleh. Pada saat kegiatan ini para
petinggi-petinggi daerah akan di datangkan ke setiap kecamatan yang mengadakan
pesta panen yang diisi dengan nyanyian dan tarian-tarian kolosal khas dayak
dengan di iringi musik tradisional dayak menggunakan alat musik khas yaitu sape.
Melalui kegiatan ini silaturahmi antar masyarakatnya akan tersu terjalin dan
pemeliharaan budaya-budaya lokal juga dipertahankan karena masih menggunakan
seni tradisional setempat.
Gambar
3. Pemain musik sapeq di acara pesta panen masyarakat dayak
Kelima, perayaan ulang tahun
kabupaten Mahakam Ulu ke-4 pada tahun 2017 waktu itu, yang rutin di adakan di
ibukota kabupaten yaitu Ujoh Bilang, juga menjadi suatu bukti nyata dari para
masyarakannya untuk terus menjalin dan merawat ke-Indonesiaan karena pada
perayaan ini seluruh aspek masyarakat
dilibatkan seluruh siswa sekolah dasar dan sekolah menengah dilibatkan, para
kelompok-kelompok pekerja, bahkan kelompok masyarakat semua ikut andil dalam
memeriahkan perayaan ulang tahun kabupaten Mahakam Ulu. Masyarakat pendatang
pun juga ikut andil didalamnya tampak pada saat pameran budaya beberapa suku
lain juga memamerkan baju khas beberapa daerah masing-masing dan tarian dari
daerah di luar suku dayak juga di tampilkan. Acara ini di buat meriah sehingga
masyarakat sangat antusias dan kembali memperkokoh hubungan silaturahmi antara
penduduk asli dan pendatang dengan berbagai macam latar belakang budaya yang
berbeda-beda.
Posting Komentar untuk "Merajut dan Merawat Ke-Indonesiaan : Berbaur dalam Kesederhanaan"
Terima kasih atas kunjungan di Blog saya
Posting Komentar